https://udayananetworking.unud.ac.id/biografi
Kata
orang bijak “Apalah arti sebuah nama?”.
Walaupun demikian, nama juga akan dapat memberi petunjuk dan mempunyai
arti serta bermakna apabila kita mampu menunjukkannya dalam prilaku keseharian.
Pertanyaai dibawah ini akan menjadi sangat wajar dan masuk akal dari seorang
anak, “Kenapa ayah saya bernama Tjokorda tapi saya sebagai anaknya bukan
Tjokorda ?”
Bagi kita barangkali nama Widura tidaklah
asing, karena setiap bercerita tentang Mahabarata pasti nama Widura akan
disebut-sebut. Kata Widura “Aku sadar bahwa aku adalah anak seorang pembantu,
walau demikian aku sangat menghormati ibuku bagaikan seorang ratu. Berkat
sentuhan kasih-sayangnya yang berlimpah serta pelukan penuh kehangatan,
membesarkan aku seperti sekarang ini, sehingga menjadi seorang penasehat raja”.
Pertanyaan
dan sepotong cerita tentang Widura di atas menyadarkan kita akan keagungan
seorang yang pernah melahirkan kita.
Dengan kata lain kita mesti bisa memaknai bahwa ke dua fenomena atau gambaran
di atas tadi, bukanlah sebuah kesalahan atau sebuah tragedi, tapi sebuah fakta
yang mesti diterima dengan ikhlas sehingga kita mampu memberikan makna yang
lebih positif.
Di
jaman kerajaan dulu, seperti ada sebuah kesepakatan diantara keluarga raja
bahwa, (1). Apabila ada keluarga raja yang kawin dengan bukan keluarga, akan
ada beda penyebutan, sehingga dampaknya terjadilah perbedaan nama. (2). Apabila
anak yang terlahir belum melalui proses perkawinan (syah secara adat) maka anak
tersebut akan mengikuti nama klan ibunya.
Dengan berakhirnya jaman kerajaan, berbagai kesepakatan yang pernah ada
sepertinya tidak lagi berjalan. Secara
umum dapat saya katakan dan sangat masuk akal, adalah setiap anak yang terlahir
dari perkawinan yang syah, namanya akan mengikuti nama ayahnya.
Sebagai
akhir kata, marilah kita syukuri tempat kelahiran kita dan mari kita berikan
makna yang mendalam, tentunya mesti kita tunjukkan dalam prilaku
keseharian. KENAPA BEGITU ???
Tidak ada komentar:
Posting Komentar