Kamis, 01 Agustus 2013

ARTI SEBUAH NAMA

https://udayananetworking.unud.ac.id/biografi

Kata orang bijak “Apalah arti sebuah nama?”.  Walaupun demikian, nama juga akan dapat memberi petunjuk dan mempunyai arti serta bermakna apabila kita mampu menunjukkannya dalam prilaku keseharian. Pertanyaai dibawah ini akan menjadi sangat wajar dan masuk akal dari seorang anak, “Kenapa ayah saya bernama Tjokorda tapi saya sebagai anaknya bukan Tjokorda ?”
 Bagi kita barangkali nama Widura tidaklah asing, karena setiap bercerita tentang Mahabarata pasti nama Widura akan disebut-sebut. Kata Widura “Aku sadar bahwa aku adalah anak seorang pembantu, walau demikian aku sangat menghormati ibuku bagaikan seorang ratu.  Berkat  sentuhan kasih-sayangnya yang berlimpah serta pelukan penuh kehangatan, membesarkan aku seperti sekarang ini, sehingga menjadi seorang penasehat raja”.
Pertanyaan dan sepotong cerita tentang Widura di atas menyadarkan kita akan keagungan seorang yang pernah melahirkan kita.  Dengan kata lain kita mesti bisa memaknai bahwa ke dua fenomena atau gambaran di atas tadi, bukanlah sebuah kesalahan atau sebuah tragedi, tapi sebuah fakta yang mesti diterima dengan ikhlas sehingga kita mampu memberikan makna yang lebih positif.
Di jaman kerajaan dulu, seperti ada sebuah kesepakatan diantara keluarga raja bahwa, (1). Apabila ada keluarga raja yang kawin dengan bukan keluarga, akan ada beda penyebutan, sehingga dampaknya terjadilah perbedaan nama. (2). Apabila anak yang terlahir belum melalui proses perkawinan (syah secara adat) maka anak tersebut akan mengikuti nama klan ibunya.  Dengan berakhirnya jaman kerajaan, berbagai kesepakatan yang pernah ada sepertinya tidak lagi berjalan.  Secara umum dapat saya katakan dan sangat masuk akal, adalah setiap anak yang terlahir dari perkawinan yang syah, namanya akan mengikuti nama ayahnya.
Sebagai akhir kata, marilah kita syukuri tempat kelahiran kita dan mari kita berikan makna yang mendalam, tentunya mesti kita tunjukkan dalam prilaku keseharian.  KENAPA BEGITU ???

3. Natah Lan Merajan



Natah atau pekarangan merupakan luasan sebidang tanah yang di dalamnya terdapat beberapa bangunan untuk aktivitas keseharian baik berupa kegiatan fisik maupun sosial dan keagamaan.  Merajan merupakan bagian dari natah yang sangat diutamakan (Utama Mandala) dengan beberapa bangunan fisik yang menyimpan cerita tentang kawitan.  Kawitan merupakan rangkaian kelahiran yang menjadikan atau melahirkan diri kita saat ini.  Natah lan Merajan merupakan modal dasar kita untuk mengisi/membekali diri dalam menyelesaikan tugas dan kewajiban di dunia ini menuju kesuksesan dan kebahagiaan dalam kedamaian.
            Kita mesti bersyukur, karena natah kita sudah sangat jelas dan mesti diyakini yaitu berlokasi di Puri Anyar dengan kawitan yang berstana di Merajan.  Oleh sebab itu, menjadi kewajiban kita bersama untuk menjadikan modal dasar kita ini menjadi terpelihara dengan bagus, sehingga nantinya mampu melahirkan generasi penerus yang bermakna.  Kalau boleh saya umpamakan, bahwa Natah lan Merajan bagaikan Pot Ajaib yang di dalamnya berisi media tumbuh lan sumber energi.  Apabila Pot Ajaib itu sudah jelas dan terpelihara dengan rangkaian yang benar, maka segala benih akan tumbuh dan berkembang dengan baik.  Kalau benih itu adalah generasi penerus kita, mendapatkan pemahaman tentang Natah lan Merajan dengan benar dan mendapatkan pendidikan dengan baik, akan menjadikan generasi penerus kita bermakna, tentunya sepanjang Pot Ajaib (Natah lan Merajan) terpelihara dengan sebagaimana mestinya.
            Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga pemahaman kita memjadi sama setelah menyimak rangkaian tulisan dan rangkuman catatan yang bersumber dari Semeton titiang sareng sinamian. Pemahaman tentang keberadaan Natah lan Merajan sebagai modal dasar kita menyatukan isi yang selanjutnya menyamakan wacana sehingga kita mampu mengayunkan langkah bersama dalam bingkai Tri Kaya Parisuda menuju “salunglung sabayantaka paras paros sarpanaya” yang tercerminkan dalam kehidupan keseharian.